Saturday, February 7, 2015

Embun

Barangkali embun adalah nama tengahmu, sebab mata sayu mu selalu melembutkan tiap pilar pilar yang telah susah payah kubangun ratusan hari yang lalu. Menyesap tiap titik aliran darah yang mengalir di setiap kalbu, untukku kenang dalam sisa-sisa peluk yang semu. Barangkali kau tak sempat menyadari, bahwa tiap gerak yang kau buat meninggalkan bekas pada daun yang berjuang menahan pagi. Tuk membiarkannya tetap di tempat yang ia ingini, tuk melindunginya dari mentari, tuk tentramkan batin yang terapung dalam gemericik air dan gema sunyi. Mengapa menjadi terasa begitu sulit mengeja namamu? Saat kepergianmu hanya menyisakan tetesan air untuk ku telan dalam rindu. Meraup pilu untukku redam dalam peliknya sisa cumbu yang memuai dengan cara paling anggun. Menjadikannya kering dan gugur tanpa janji apapun. 

No comments:

Post a Comment