Aku hanyalah seorang pecundang, dengan wajah tidak tampan berbalut baju seadanya. Tak pernah benar-benar ada teman yang sepertinya tulus berteman denganku kecuali beberapa hari saat ujian akan datang. Ya, aku bukan siapa-siapa, Rambutku berantakan entah berapa kalipun ku sisir karena mungkin bahkan anggota tubuhku sendiri pun membenciku, menghianatiku, membuatku merasa lebih aneh dan buruk lagi hampir setiap hari.
Tak pernah ada yang menarik dalam hidupku. Semuanya datar. Aku tak pernah merasa senang ataupun sedih. Aku cukup tau di mana seharusnya aku berada. Aku cukup tau tempat saat makan siangku adalah di sudut kursi kantin sekolah. Aku cukup mengerti mengapa tidak seharusnya aku bergabung dengan gerombolan orang-orang hebat yang selalu berjalan dengan gagah memenuhi koridor. Namun, hey, aku tak pernah sampai jatuh karena terjerat tali sepatu. Aku selalu tau kapan tali sepatuku mulai lepas. Aku telah mengawasinya hampir setiap saat.
Aku mengawasinya hampir setiap saat. Entahlah, aku senang melakukannya. Menjaganya tetap terikat, hanya itu yang aku bisa saat berada di tengah-tengah keramaian. Karena aku terlalu sungkan, terlalu malu, suaraku terlalu lirih untuk bahkan sekedar berkata "Ngomong-ngomong, sepatumu keren", terlalu tidak nyaman untuk melihat sekitar dan memaksaku berkontak langsung dengan orang lain, terlalu mengerti bahwa semua orang merasa tidak nyaman bila di dekatku.
Setidaknya tali sepatuku tetap terikat..
Namun manusia tidak pernah tau kapan hati mulai terpaut pada satu hal yang membuat segalanya tiba-tiba berubah. Kau tau aku mulai tidak memperhatikan tali sepatu lagi. Kamu. Yang berpikir dirimu pecundang. yang cukup sadar di mana kamu seharusnya berada saat makan siang. Kamu yang membenci rambutmu berapa kalipun kamu mencoba untuk menyisirnya. Kamu yang selalu memperhatikan sepatumu saat berjalan.
Aku.
Kamu.
Kamu. Hanya kamu. Cukup denganmu.
Aku merasa cukup tampan saat bersamamu. Cukup nyaman dengan rambutku. Bahkan aku mulai menyukainya. Cukup senang duduk berdua di sudut kantin sekolah. Oh ini tempat makan terindah yang pernah aku tau, hanya karena denganmu.
Kamu. Hanya denganmu, cukup membuatku merasa hebat. Dan aku tau Tuhan tidak pernah benar-benar membuat hidup seseorang payah, aku bahkan menjadi sangat bersyukur telah dilahirkan. Untuk dapat melihatmu. Kita hebat. Kita bahagia. Untuk diri kita sendiri.
Dan sejak saat itu kita mulai tidak terlalu peduli soal tali sepatu..