Bila boleh aku ingin minta Tuhan agar kita berjodoh
Tunggu, jangan anggap ini pernyataan bodoh
Bila boleh aku ingin minta tolong bintang agar bentuk namamu di langit
Untuk hiasi malamku, untuk temani tidurku
Bila boleh aku ingin terus buta akan gilas cinta ini
Agar tak ada kata cerai, agar tak ada kata selesai
Sayang, bila boleh aku ingin terus begini
Saling dekap hingga dini hari
Bila boleh aku ingin waktu berhenti
Agar tak kenal lekang, agar tak kenal mati
Bila boleh aku ingin terus terbakar cinta dan cemburu
Ketika hati lain mengalihkan perhatianmu
Bila boleh aku ingin terus rasakan nafasmu
Hangat beserta alunan lagu itu
Bila boleh aku ingin rasa ini tetap memancar
Hingga retina kita memudar
Hingga aku tak dapat lagi bercerita jenaka 'tuk buatmu tertawa
Hingga kita terlalu tua tuk katakan, "sayang aku masih gila karena cinta..."
Sunday, March 3, 2013
Katakanlah Aku Ini Kekasihmu
Katakanlah aku ini kekasihmu
Seribu tetes air mata adalah bahagiaku seumur hidup
Katakanlah aku ini milikmu
Cercaan dunia adalah senandung merdu untukku
Katakanlah aku ini kecintaanmu
Dua ribu kilo meter adalah satu langkah menuju tempat itu
Tempat di mana hanya aku satu-satunya hatimu
Tempat di mana hanya aku satu-satunya yang tertidur di lenganmu setelah canda tawa itu
Katakanlah kita berbeda
Air dan api adalah dua cangkir teh hangat di sore hari
Katakanlah kita tak sama
Hitam dan putih hanyalah sebuah warna
Katakanlah aku ini kebanggaanmu
Hatiku adalah piagam terbesar yang bisa kuberikan padamu
Katakanlah kita tak sama
Berpisah hanyalah perkara aku di sini dan kau di sana.
Seribu tetes air mata adalah bahagiaku seumur hidup
Katakanlah aku ini milikmu
Cercaan dunia adalah senandung merdu untukku
Katakanlah aku ini kecintaanmu
Dua ribu kilo meter adalah satu langkah menuju tempat itu
Tempat di mana hanya aku satu-satunya hatimu
Tempat di mana hanya aku satu-satunya yang tertidur di lenganmu setelah canda tawa itu
Katakanlah kita berbeda
Air dan api adalah dua cangkir teh hangat di sore hari
Katakanlah kita tak sama
Hitam dan putih hanyalah sebuah warna
Katakanlah aku ini kebanggaanmu
Hatiku adalah piagam terbesar yang bisa kuberikan padamu
Katakanlah kita tak sama
Berpisah hanyalah perkara aku di sini dan kau di sana.
Monday, September 5, 2011
Bernafas dalam Belerang
Jangan bernafas dalam belerang.
Baunya seperti bangkai busuk.
Tiap hirupnya panas
membakar paru
Jangan, tolong jangan bernafas dalam belerang!
Aromanya menjijikkan
panasnya menyakitkan
Laharnya menyobek tenggorokan.
Duhai kaca
aku sungguh ingin tertawa
kau terlalu naif terpajang dekat pintu
lancang sekali kau bilang kita mirip
kau bahkan terlalu najis untuk memandangku!
Aku ingin ke dapur,
bisakah kau pergi sebentar saja
agar aku tidak perlu melangkahimu?
santai, aku tidak menyuruhmu pergi
aku yang pergi.
Tapi jangan bernafas dalam belerang.
Cukup sudah paru-parumu terluka.
kau sudah cacat
nafasmu tidak akan lagi seperti dulu.
Mana, kau bilang itu hijau
Itu hitam!
Coba celakkan matamu sekali lagi
sejak pisau itu tumpul aku hanya lihat gelap.
Tunggu sebentar, jangan pergi dulu
aku hanya ingin memastikan
aku yang buta, atau kau?
Baunya seperti bangkai busuk.
Tiap hirupnya panas
membakar paru
Jangan, tolong jangan bernafas dalam belerang!
Aromanya menjijikkan
panasnya menyakitkan
Laharnya menyobek tenggorokan.
Duhai kaca
aku sungguh ingin tertawa
kau terlalu naif terpajang dekat pintu
lancang sekali kau bilang kita mirip
kau bahkan terlalu najis untuk memandangku!
Aku ingin ke dapur,
bisakah kau pergi sebentar saja
agar aku tidak perlu melangkahimu?
santai, aku tidak menyuruhmu pergi
aku yang pergi.
Tapi jangan bernafas dalam belerang.
Cukup sudah paru-parumu terluka.
kau sudah cacat
nafasmu tidak akan lagi seperti dulu.
Mana, kau bilang itu hijau
Itu hitam!
Coba celakkan matamu sekali lagi
sejak pisau itu tumpul aku hanya lihat gelap.
Tunggu sebentar, jangan pergi dulu
aku hanya ingin memastikan
aku yang buta, atau kau?
Wednesday, July 13, 2011
Panen Raya
Semua yang buruk akan segera mengekang
Bermunculan saat musim tembakau datang
Rupiah sana sini
Wanita silih berganti
Kau tahu aku bukanlah orang yang pandai membuat rima
Yang dapat merangkai indah kata-kata
Tapi aku melihat karena punya mata
Sedikit yang beriman saat panen raya
Ketika mata uang berkuasa
Hati penuh keserakahan dan muslihat
Yang baik jadi jahat, yang jahat makin bejat
Namun sudah, aku tak ingin banyak mencacat
Ini hanya lah sepenggal kisah di bulan Agustus
Bulan yang tajam bagai kaktus
Tuesday, June 28, 2011
Sparks
Tak ada lelaki yang memiliki mata seindah matamu. Dan aku hampir mati setiap tatapan itu menembus jantungku. Kau mengulitiku dengan kekerasanmu, melelehkanku dengan keangkuhanmu. Ada sesuatu di balik kerasnya dinding itu, yang membuatku mengerti betapa hangatnya jika berada di dalam. Kadang kau batu yang menghantam kepalaku hingga bocor, kadang kau selimut dan secangkir teh hangat. Kadang kau sejenis rottweiler, gonggonganmu membuat orang terbujur kaku, kadang kau kucing kecil yang manis peliharaan nenek di desa. Jinak dan tenang.
Aku tak pernah tahu keterbalikan itu bisa berdiri berdampingan dengan sangat mesra, menciptakan suatu makluk menyenangkan untuk diperlihatkan pada dunia. Suatu kala ingin rasanya menyayat kulit ini, dan memasukanmu ke dalamnya, agar kau tak lari. Aku tahu diam-diam kau membuka kerangka kepalaku, dan mengerogoti otakku, mahluk kecil menyebalkan! Aku bisa saja memanggil polisi untuk memenjarakanmu. Namun bahkan tanpa sadar aku menikmatinya. Sungguh aku menikmati saat kau melakukannya. Dan kini mulutku mulai tak dapat menahan untuk berkata, tolong jangan berhenti!
Tak ada lelaki yang memiliki aroma sepertimu. Aku panas setiap kali menghirup aroma itu. Kau tahu kau pegang nafasku, kau bisa saja lakukan apapun untuk menggantungku. Namun nyatanya aku menikmati setiap sesak yang ada di dalam hati, tiap kali aku merindumu. Sakit namun tak ingin ku akhiri. Kadang kau angin yang sejuk, kelapa muda dan pasir yang lembut. Kadang kau ombak yang menghempasku ke karang, meremukkan tulang. Hey, kau kah itu, mahluk yang kupanggil kekasih?
Aku tak pernah tahu keterbalikan itu bisa berdiri berdampingan dengan sangat mesra, menciptakan suatu makluk menyenangkan untuk diperlihatkan pada dunia. Suatu kala ingin rasanya menyayat kulit ini, dan memasukanmu ke dalamnya, agar kau tak lari. Aku tahu diam-diam kau membuka kerangka kepalaku, dan mengerogoti otakku, mahluk kecil menyebalkan! Aku bisa saja memanggil polisi untuk memenjarakanmu. Namun bahkan tanpa sadar aku menikmatinya. Sungguh aku menikmati saat kau melakukannya. Dan kini mulutku mulai tak dapat menahan untuk berkata, tolong jangan berhenti!
Tak ada lelaki yang memiliki aroma sepertimu. Aku panas setiap kali menghirup aroma itu. Kau tahu kau pegang nafasku, kau bisa saja lakukan apapun untuk menggantungku. Namun nyatanya aku menikmati setiap sesak yang ada di dalam hati, tiap kali aku merindumu. Sakit namun tak ingin ku akhiri. Kadang kau angin yang sejuk, kelapa muda dan pasir yang lembut. Kadang kau ombak yang menghempasku ke karang, meremukkan tulang. Hey, kau kah itu, mahluk yang kupanggil kekasih?
Saturday, February 5, 2011
Koin Untuk Presiden. What Is This All About?
Negara kita, Indonesia kali ini dilanda satu "Hal Super Penting" lagi dan kali ini mengenai pidato presiden tentang yang katanya "curhat gaji". Saya sangat sedih dan kasian pada saat saya mendengar berita ini, bukan pada presiden, karena beliau tidak butuh dikasihani. Melainkan kepada orang-orang yang pemikirannya selalu buruk kepada orang lain. Yang hatinya dipenuhi dengan kepicikan sehingga tidak bisa menerima sesuatu secara utuh, tapi asal ngomong dan bertindak.
Saya bukan orang yang tahu politik, atau yang gemar demo teriak-teriak di depan gedung DPR atau semacamnya, saya cuma seorang siswa yang masih tidak habis pikir akan gerakan koin untuk presiden. Menurut saya pidato presiden ini dimaksudkan untuk memotivasi para TNI dan POLRI mengenai gaji yang akan dinaikkan, agar bukan hanya gaji saja yang naik, tapi juga kinerjanya. Tapi ternyata banyak yang hanya mendengar separuh dari kata-kata SBY, sisanya omong kosong.
Saya semakin sedih ketika banyak mahasiswa yang berdemo mendukung aksi itu, saya pikir apa pantas generasi muda kita berperilaku seperti ini? Teriak-teriak tentang nasib rakyat yang semakin miskin karena mereka pikir anggaran perjalanan presiden yang membengkak. Lalu gimana nasib rakyat? Gimana memberantas kemiskinan dan lain-lain. Justru saya sangat muak saat melihat berita ini, melihat realita bahwa Indonesia bukan kebanyakan orang miskin, tapi kebanyakan orang malas. Lihat betapa enak sekali saat bapak-bapak duduk santai sambil ngopi dan ngelinting rokok setelah mengantar anaknya ke sekolah. Ibu-ibu yang dengan santai menjagakan raskin, kalau telat dikit langsung demo. Apa ini yang dinamakan masyarakat madani?
Oke, pemimpin kita memang kurang tegas. Tidak ada pemimpin kita selama ini yang benar-benar sempurna sesuai dengan keingin rakyat, dan memang tidak pernah ada. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Tapi apakah pantas hal seperti dijadikan sebagain konflik negara kita? Saya rasa itu terlalu dangkal dan tidak pantas. Masalah biaya perjalanan presiden yang katanya hingga 5triliun, bukankah memang sewajarnya jika semakin tingginya jabatan dibutuhkan biaya yang juga tinggi disertai dengan kewajiban dan tanggung jawab penuh? kalaupun memang dirasa tidak wajar, adakah cara lain yang lebih bermartabat selain aksi koin itu?
Apapun itu, saya sangat menyayangkan orang-orang yang bertindak bodoh seperti ini. Bukan hanya masyarakatnya, tapi sebagian anggota DPR juga ikut-ikut! Geez, mereka benar-benar payah dan malah merendahkan substansinya sendiri. Jadi ayolah, jadi generasi yang lebih pintar dan elegan, saya yakin cara murah semacam itu bukanlah porsi kita. We can do better!
Subscribe to:
Posts (Atom)